Jumat, 17 Mei 2013

perubahan makna

 
Pendahuluan 
 
Pengertian semantik
            Kata semantik dalam bahasa indonesia(Inggris:semantic) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda ) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yamg berarti “menandai”atau “melambangkan”(Chaer,1989:2).
            Semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat, pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata,bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna atau wicara (Depdiknas,2008:1258).
            Kata semantik didalam bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris semantic, dari bahasa yunani sema (nomina:tanda); atau dari verba semaino (menandai,berarti).istilah tersebut digunakan para pakar bahasa (linguistik) untuk menyebut bagian ilmu bahasa(linguistik) yang mempelajari makna (Fatimah,2009:01).
            Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian”studi tentang makna”(Aminuddin,1985:15).       
Hakikat Makna
Banyak teori tentang makna telah dikemukakan oleh orang.menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saursure bahwa makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik(Chaer,1977:287).
Aspek makna pengertian makna dapat dicapai apabila antara pembicara/penulis dan kawan bicara berbahasa sama. Makna pngertian disebut juga makna tema,yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud (Fatimah,1993:3).
“teori makna” atau “teori arti”(inggris.semantik ; kata sifat, semantic ; indonesia.”semantik”. dengan “semantis” sebagai kata sifatnya (Verhaar,1977:124).


Menurut Abdul Chaer (2009:132-136) Pengantar Semantik Bahasa Indonesia

1.      Perkembangan Sosial dan Budaya.
Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Di sini sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi , sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’, lalu berubah menjadi bermakna ‘B’ atau ‘C’  Jadi, bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Misalnya kata saudara dalam bahasa Sanskerta bermakna ‘seperut atau ‘satu kandungan’. Kini kata saudara,  walaupun masih juga digunakan dalam arti’ orang yang lahir dari kandungan yang sama’ seperti dalam kalimat Saya mempunyai seorang saudara di sana’ tetapi digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama.
Contohnya lain dari kata yang maknanya telah berubah sebagai akibat perubahan sosial kemasyarakatan adalah kata sarjana. Dulu, menurut bahasa Jawa kuno, kata sarjana ini berarti orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi, meskipun barangkali lulusnya Cuma dengan indeks prestasi yang pas-pasan, serta kemampuan mereka tidak lebih jauh dari seseorang yang belum lulus dari perguruan tinggi.

2.      Perbedaan  Bidang Pemakaian.
Umpamanya dalam bidang pertanian ada kata – kata benih, menuai, panen, menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, dan hama. Dalam bidang pendidikan formal disekolah ada kata – kata murid, guru, ujian, menyalin, menyontek, membaca, dan menghapal.
Kata – kata yang menjadi kosakata dalam bidang – bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari – hari dapat terbantu dari bidangnya: dan digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata – kata tersebut memiliki makna baru atau makna lain disamping makna aslinya ( makna yang berlaku dalam bidangnya ).
Dari contoh – contoh diatas sekali lagi bisa dikatakan bahwa karena kata – kata itu digunakan dalam bidang lain makna kata – kata itu jadi mempunyai arti lain yang tidak sama dengan arti dalam bidang atau lingkungan aslinya.
Kesimpulan lain yang bisa ditarik dari uraian diatas adalah bahwa makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna kata yang digunakan didalam bidang aslinya masih berada dalam poliseminya karena makna – makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persamaan antara makna yang satu dengan makna yang lainnya.

3.    Adanya Asosiasi
                 Kata  - kata yang digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan diatas masih ada hubungannya atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang asalnya. Umpamanya kata mencatut yang berasal dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan pertukangan mempunyai makna bekerja dengan menggunakan catut.
                 Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut.
                 Asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah berkenaan dengan wadah. Jadi, menyebut wadahnya yaitu amplop tetapi yang dimaksud adalah isinya, yaitu uang.
                 Selain asosiasi yang berkenaan dengan wadah ada pula asosiasi yang berkenaan dengan waktu. Misalnya perayaan 17 Agustus maksudnya tertentu ‘perayaan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia’ karena proklamasi tersebut terjadi pada tanggal 17 Agustus tersebut.
                 Ada  pula perubahan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat. Yang disebut nama tempat tetapi yang dimaksud adalah hal – hal yang berkenaan dengan tempat itu. Umpamanya peristiwa Madiun, tentu yang dimaksud adalah peristiwa pembrontakan PKI pada tahun  1948 di Madiun.

Menurut Abdul Chaer (2007:111-113) Linguistik Umum.
            Pertama, Perkembangan sosial budaya. Perkembangan dalam masyarakat berkenaan dengan sikap sosial dan budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan makna. Kata Saudara, misalnya, pada mulanya berarti ‘seperut’, atau ‘orang yang lahir dari kandungan yang sama’. Tetapi kini kata ‘saudara’ digunakan juga untuk menyebut orang lain, sebagai sapaan, yang diperkirakan sederajat, baik usia maupun kedudukan. Pada zaman feudal dulu, untuk menyebut orang lain yang di hormati, digunakan kata tuan. Kini kata tuan yang berbau feodal itu kita ganti dengan kata bapak, yang terasa lebih demokratis. Contoh lain, dari kata sarjana dulu bermakna ‘orang yang cerdik pandai’; tetapi kini kata sarjana itu hanya bermakna ‘orang yang telah lulus dari perguruan tinggi’. Dewasa ini betapa pun luas dan dalamnya ilmu seorang, jika dia bukan lulusan perguruan tinggi tidaklah bisa disebut sarjana.

                        Kedua, Perkembangan Pemakaian Kata. Setiap bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai sejumlah kosakata yang berkenaan dengan bidangnya itu. Umpamanya dalam bidang pertanian kita temukan kosakata seperti menggarap, menuai, hama, dan panen; dalam bidang agama Islam ada kosakata seperti imam, khatib, puasa, zakat, dan subuh; dan dalam bidang pelayaran ada kosakata seperti berlabuh, berlayar, haluan, nakhoda, dan buritan. Kosakata yang ada pada mulanya hanya digunakan juga dalam bidang – bidang lain, dengan makna yang baru atau agak lain dengan makna aslinya, yang digunakan dalam bidangnya.

                        Ketiga, adanya Asosiasi. Yang dimaksud dengan adanya asosiasi disini adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu, sehingga dengan demikian bila disebut ujaran itu maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran itu. Umpamanya kata amplop. Makna kata amplop sebenarnya adalah “sampul surat” tetapi dalam kalimat (44) berikut, amplop itu bermakna ‘uang sogok’
(44) Supaya urusan cepat beres, beri saja amplop.
Amplop yang sebenarnya harus berisi surat, dalam kalimat itu berisi uang sogok. Jadi, dalam kalimat itu kata amplop berasosiasi dengan uang sogok.
                        Asosiasi ini dapat berupa hubungan wadah dengan isinya, seperti amplop dengan uang sogok diatas; dapat juga berupa hubungan waktu dengan kejadian, seperti dalam kalimat (45) yang berasosiasi dengan ‘hari kemerdekaan’ dapat juga berhubungan tempat dengan peristiwa atau lembaga, seperti dalam kalimat (46).
(45)  Memeriahkan perayaan 17 agustus
(46)  Diterima Presiden di Bina Graha.
                        Perubahan makna secara total, artinya, makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya. Umpamanya kata ceramah dulu bermakna ‘cerewet, banyak cakap’, sekarang bermakna ‘uraian mengenai suatu hal dimuka orang banyak’. Kata Seni pada mulanya hanya berkenaan dengan air seni, tetapi sekarang digunakan sepadan dengan kata belanda kunst atau kata inggris art, yaitu karya cipta yang bernilai halus seperti pada, seni lukis, seni pahat, dan  seni musik.


Menurut Prof.Dr.Hj.T.Fatimah Djajasudarma (2009:80-86) Semantik 2

Perubahan Makna Akibat Lingkungan.
            Lingkungan masyarakat dapat menyebakan perubahan makna suatu kata. Kata yang dipakai di dalam lingkungan tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai di lingkungan lain. Misalnya, kata seperti cetak, bagi yang bergerak di lingkungan persuratkabaran, selalu dihubungkan dengan tinta, huruf, dan kertas, tetapi bagi dokter lain lagi, dan lain pula bagi pemain sepak bola. Bandingkanlah contoh berikut:
(1)   Buku ini dicetak di Balai Pustaka.
(2)   Cetakan batu bata itu besar-besar.
(3)   Pemerintah menggiatkan pencetakan lahan baru bagi petani.
(4)   Dokter banyak mencetak uang.
(5)   Ali mencetak lima gol dalam pertandingan itu.

Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
            Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif.
            Kata-kata yang amelioratif, antara lain kata juara yang dahulu bermakna “kepala penyabung ayam”, kini maknanya menjadi positif (menyenangkan), seperti pada juara renang, juara dunia, dan sebagainya, dan apa makna juara pada juara amatir, dan samakah juara dengan jago?
            Kata-kata yang peyoratif antara lain gerombolan, dahulu bermakna “orang yang berkelompok”, dengan munculnya pemberontak di Indonesia kata gerombolan memiliki makna negatif, bahkan tidak menyenangkan dan menakutkan. Kata gerombolan berpadanan dengan “pencuri”. Tanggapan pemakai bahasa berubah dan mengakibatkan perubahan makna.

Perubahan Makna Akibat Asosiasi
            Asosiasi adalah hubungan antara makna asli (makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan) dengan makna yang baru (makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa) (Slametmuljana, 1964). Makna baru ini masih menunjukkan asosiasi dengan makna asli (lama). Perhatikanlah makna amplop ( yang kognitif “pembungkus surat”) dengan amplop ( yang konotatif  “pembungkus uang, khusus uang sogok”).
            Makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan tempat atau lokasi. Kata-kata seperti: Cendana, Monas, Grogol, Cengkareng, Bandung, dan sebagainya menunjukan makna asosiasi tempat dengan segala peristiwa yang terjadi.
            Makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan warna, misalnya merah putih berasosiasi dengan Negara Indonesia.
            Makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan tanda (gambar) tertentu. Misalnya di dalam lalu-lintas kita mengenal rambu-rambu lalu-lintas.

Menurut Prof.Dr.Mansoer Pateda (2001: 171-183) Semantik Leksikal.

Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan
            Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan pada lingkungan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna kata yang digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak. Bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu dihubungkan dengan tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi tukang batu bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata, mencetak batu bata pada cetakannya.
            Dalam BI terdapat leksem rawat yang menurunkan kata dirawat, merawat, perawat. Kata-kata ini biasanya dihubungkan dengan usaha untuk menyembuhkan orang sakit di lingkungan rumah sakit.
            Dalam BI terdapat leksem salin yang yang menurukan kata disalin, menyalin, salinan. Di lingkungan sekolah kata menyalin biasanya dihubungkan dengan menyalin pelajaran.
            Kata langganan di lingkungan persuratkabaran atau majalah biasanya dihubungkan dengan orang yang membayar setiap bulan untuk surat kabar atau majalah tertentu, sedangkan di lingkungan pedangang, kata langgangan dihubungkan dengan orang yang selalu membeli pada kita atau di took itu.
            Kata operasi bagi lingkungan dokter selalu dikaitkan dengan usaha menyelamatkan nyawa pasien dengan jalan membedah bagian tubuh tertentu. Di lingkungan militer, kata operasi dihubungkan dengan usaha memberantas gangguan keamanan, sehingga muncul kalimat “Operasi melumpuhkan perlawanan GPK (gerakan pengacau keamanan) berhasil baik.”

Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
            Makna kata kadang-kadang berubah akibat tanggapan pemakaian bahasa. Perubahan makna ini menjurus kepada hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang tidak menyebabkan. Makna yang menjurus ke hal-hal yang menyenangkan, disebut makna amelioratif, sedangkan makna yang menjurus ke hal-hal yang tidak menyenangkan, disebut makna peioratif (Ullmann, 1972:232).
            Dalam BI terdapat kata gerombolan. Kata gerombolan pada waktu dahulu bermakna orang yang berkelompok, orang yang berkerumum, misalnya berkerumum di dekat penjual obat. Maknanya bersifat baik, jadi amelioratif.

Perubahan Makna Akibat Asosiasi
            Selametmuljana (1964:25) mengatakan, “Yang dimaksud dengan asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindankan ke dalam pemakaian bahasa. Antara makna lama dan maknanya yang baru terdapat pertalian erat.” Makna leksikal kata asosiasi, yakni: (i) persatuan antara rekan usaha; persekutuan dagang; (ii) perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama; (iii) tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain; pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra (Depdikbud, 1993:61).
            Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa. Tanggal 17 Agustus adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
            Makna asosiasi dapat dihubungkan pula dengan tempat atau lokasi. Kalau ada orang menyebutkan kata: Senayan, Monas, Banteng, Grogol (semuanya ada di Jakarta), pasti orang mengetahui tempat-tempat itu.
            Selanjutnya makna asosiasi dapat dihubungkan dengan warna misalnya hijau, kuning, merah, putih.
            Makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan bunyi. Misalnya kalau kita mendengar sirine pada mobil ambulans, maka asosiasi kita berhubungan dengan; (i) ada orang kecelakaan yang sedang dilarikan ke rumah sakit; (ii) ada orang sakit yang sedang dilarikan ke rumah sakit, atau (iii) ada orang meninggal di rumah dibawa ke rumah duka atau kuburan dengan menggunakan mobil ambulans.
            Makna asosiasi boleh dihubungkan pula dengan lambang-lambang tertentu. Misalnya kalau kita mengudara dan di bawah terlihat palang (+) hijau di atas warna putih, asosiasi kita ber-hubungan dengan rumah sakit.
            Berdasarkan contoh dan penjelasan tersebut tampak pada kita adanya perubahan makna akibat asosiasi. Misalnya melihat bendera kuning di atas kapal laut, maknanya bukan berhubungan dengan bendera atau warna kuning, tetapi maknanya berubah menjadi: ada orang sakit, orang sakit itu sudah gawat, harap disediakan ambulans dan dokter.
 
Daftar Pustaka

Chaer,Abdul.1989.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta:Rineka Cipta.
Drs. Aminuddin,M.Pd.1985.Pengantar Studi Tentang Makna.Malang:Sinar Baru Bandung.
Prof. dr.Hj.Djajasudarma T.Fatimah.1993.Semantik 2 Pemajaman Ilmu Makna.Bandung:Refika Aditama.
Prof. dr.Hj.Djajasudarma T.Fatimah.2009.Semantik I Makna Leksikal dan Gramatikal.Bandung:Refika Aditama.
Depdiknas.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul.2007.Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta.
Prof. DR.Verhaar.J.W.M.1977.Pengantar Linguistik.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.