Pendahuluan
Pengertian
semantik
Kata semantik dalam bahasa
indonesia(Inggris:semantic) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda ) yang
berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yamg berarti
“menandai”atau “melambangkan”(Chaer,1989:2).
Semantik adalah ilmu tentang makna
kata dan kalimat, pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti
kata,bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau
struktur makna atau wicara (Depdiknas,2008:1258).
Kata semantik didalam bahasa
indonesia berasal dari bahasa inggris semantic,
dari bahasa yunani sema (nomina:tanda);
atau dari verba semaino (menandai,berarti).istilah
tersebut digunakan para pakar bahasa (linguistik) untuk menyebut bagian ilmu bahasa(linguistik)
yang mempelajari makna (Fatimah,2009:01).
Semantik yang semula berasal dari
bahasa Yunani, mengandung makna to
signify atau memknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung
pengertian”studi tentang makna”(Aminuddin,1985:15).
Hakikat
Makna
Banyak
teori tentang makna telah dikemukakan oleh orang.menurut teori yang
dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saursure bahwa makna adalah pengertian
atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah
tanda-linguistik(Chaer,1977:287).
Aspek
makna pengertian makna dapat dicapai apabila antara pembicara/penulis dan kawan
bicara berbahasa sama. Makna pngertian disebut juga makna tema,yang melibatkan
ide atau pesan yang dimaksud (Fatimah,1993:3).
“teori
makna” atau “teori arti”(inggris.semantik ; kata sifat, semantic ;
indonesia.”semantik”. dengan “semantis” sebagai kata sifatnya
(Verhaar,1977:124).
Menurut
Abdul Chaer (2009:132-136) Pengantar Semantik Bahasa Indonesia
1. Perkembangan
Sosial dan Budaya.
Perkembangan dalam bidang sosial
kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Di sini sama
dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
, sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’, lalu berubah menjadi bermakna ‘B’
atau ‘C’ Jadi, bentuk katanya tetap sama
tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Misalnya kata saudara dalam bahasa Sanskerta bermakna
‘seperut atau ‘satu kandungan’. Kini kata saudara,
walaupun masih juga digunakan dalam
arti’ orang yang lahir dari kandungan yang sama’ seperti dalam kalimat Saya mempunyai seorang saudara di sana’ tetapi
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat
atau berstatus sosial yang sama.
Contohnya lain dari kata yang maknanya
telah berubah sebagai akibat perubahan sosial kemasyarakatan adalah kata sarjana. Dulu, menurut bahasa Jawa kuno,
kata sarjana ini berarti orang yang
sudah lulus dari perguruan tinggi, meskipun barangkali lulusnya Cuma dengan
indeks prestasi yang pas-pasan, serta kemampuan mereka tidak lebih jauh dari
seseorang yang belum lulus dari perguruan tinggi.
2. Perbedaan Bidang Pemakaian.
Umpamanya
dalam bidang pertanian ada kata – kata benih,
menuai, panen, menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, dan hama. Dalam bidang pendidikan formal
disekolah ada kata – kata murid, guru,
ujian, menyalin, menyontek, membaca, dan menghapal.
Kata
– kata yang menjadi kosakata dalam bidang – bidang tertentu itu dalam kehidupan
dan pemakaian sehari – hari dapat terbantu dari bidangnya: dan digunakan dalam
bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata – kata tersebut
memiliki makna baru atau makna lain disamping makna aslinya ( makna yang
berlaku dalam bidangnya ).
Dari
contoh – contoh diatas sekali lagi bisa dikatakan bahwa karena kata – kata itu
digunakan dalam bidang lain makna kata – kata itu jadi mempunyai arti lain yang
tidak sama dengan arti dalam bidang atau lingkungan aslinya.
Kesimpulan
lain yang bisa ditarik dari uraian diatas adalah bahwa makna kata yang
digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna kata yang digunakan didalam
bidang aslinya masih berada dalam poliseminya karena makna – makna tersebut
masih saling berkaitan atau masih ada persamaan antara makna yang satu dengan
makna yang lainnya.
3. Adanya
Asosiasi
Kata - kata yang digunakan di luar bidangnya,
seperti dibicarakan diatas masih ada hubungannya atau pertautan maknanya dengan
makna yang digunakan pada bidang asalnya. Umpamanya kata mencatut yang berasal dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan
pertukangan mempunyai makna bekerja dengan menggunakan catut.
Agak berbeda dengan perubahan
makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain, disini
makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang
berkenaan dengan kata tersebut.
Asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah berkenaan dengan wadah.
Jadi, menyebut wadahnya yaitu amplop
tetapi yang dimaksud adalah isinya, yaitu uang.
Selain asosiasi yang berkenaan
dengan wadah ada pula asosiasi yang berkenaan dengan waktu. Misalnya perayaan 17 Agustus maksudnya tertentu
‘perayaan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia’ karena proklamasi tersebut
terjadi pada tanggal 17 Agustus tersebut.
Ada pula perubahan makna akibat asosiasi yang
berkenaan dengan tempat. Yang disebut nama tempat tetapi yang dimaksud adalah
hal – hal yang berkenaan dengan tempat itu. Umpamanya peristiwa Madiun, tentu yang dimaksud adalah peristiwa pembrontakan
PKI pada tahun 1948 di Madiun.
Menurut
Abdul Chaer (2007:111-113) Linguistik Umum.
Pertama,
Perkembangan sosial budaya.
Perkembangan dalam masyarakat berkenaan dengan sikap sosial dan budaya, juga
menyebabkan terjadinya perubahan makna. Kata Saudara, misalnya, pada mulanya berarti ‘seperut’, atau ‘orang yang
lahir dari kandungan yang sama’. Tetapi kini kata ‘saudara’ digunakan juga
untuk menyebut orang lain, sebagai sapaan, yang diperkirakan sederajat, baik
usia maupun kedudukan. Pada zaman feudal dulu, untuk menyebut orang lain yang
di hormati, digunakan kata tuan. Kini
kata tuan yang berbau feodal itu kita
ganti dengan kata bapak, yang terasa
lebih demokratis. Contoh lain, dari kata sarjana
dulu bermakna ‘orang yang cerdik pandai’; tetapi kini kata sarjana itu hanya bermakna ‘orang yang telah lulus dari perguruan
tinggi’. Dewasa ini betapa pun luas dan dalamnya ilmu seorang, jika dia bukan
lulusan perguruan tinggi tidaklah bisa disebut sarjana.
Kedua,
Perkembangan Pemakaian Kata. Setiap
bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai sejumlah kosakata yang
berkenaan dengan bidangnya itu. Umpamanya dalam bidang pertanian kita temukan
kosakata seperti menggarap, menuai, hama,
dan panen; dalam bidang agama Islam ada kosakata seperti imam, khatib, puasa, zakat, dan subuh; dan
dalam bidang pelayaran ada kosakata seperti berlabuh,
berlayar, haluan, nakhoda, dan buritan. Kosakata yang ada pada mulanya
hanya digunakan juga dalam bidang – bidang lain, dengan makna yang baru atau
agak lain dengan makna aslinya, yang digunakan dalam bidangnya.
Ketiga,
adanya Asosiasi. Yang dimaksud
dengan adanya asosiasi disini adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk
ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu,
sehingga dengan demikian bila disebut ujaran itu maka yang dimaksud adalah
sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran itu. Umpamanya kata amplop. Makna kata amplop sebenarnya adalah “sampul surat” tetapi dalam kalimat (44)
berikut, amplop itu bermakna ‘uang sogok’
(44) Supaya urusan cepat beres, beri saja amplop.
(44) Supaya urusan cepat beres, beri saja amplop.
Amplop yang sebenarnya harus berisi
surat, dalam kalimat itu berisi uang sogok. Jadi, dalam kalimat itu kata amplop
berasosiasi dengan uang sogok.
Asosiasi
ini dapat berupa hubungan wadah dengan isinya, seperti amplop dengan uang sogok
diatas; dapat juga berupa hubungan waktu dengan kejadian, seperti dalam kalimat
(45) yang berasosiasi dengan ‘hari kemerdekaan’ dapat juga berhubungan tempat
dengan peristiwa atau lembaga, seperti dalam kalimat (46).
(45) Memeriahkan perayaan 17 agustus
(46) Diterima Presiden di Bina Graha.
Perubahan
makna secara total, artinya, makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda
dengan makna aslinya. Umpamanya kata ceramah
dulu bermakna ‘cerewet, banyak cakap’, sekarang bermakna ‘uraian mengenai
suatu hal dimuka orang banyak’. Kata Seni
pada mulanya hanya berkenaan dengan air seni, tetapi sekarang digunakan sepadan
dengan kata belanda kunst atau kata
inggris art, yaitu karya cipta yang
bernilai halus seperti pada, seni lukis,
seni pahat, dan seni musik.
Menurut Prof.Dr.Hj.T.Fatimah Djajasudarma
(2009:80-86) Semantik 2
Perubahan
Makna Akibat Lingkungan.
Lingkungan
masyarakat dapat menyebakan perubahan makna suatu kata. Kata yang dipakai di
dalam lingkungan tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai di
lingkungan lain. Misalnya, kata seperti cetak,
bagi yang bergerak di lingkungan persuratkabaran, selalu dihubungkan dengan tinta, huruf, dan kertas, tetapi bagi dokter lain lagi, dan lain pula bagi pemain
sepak bola. Bandingkanlah contoh berikut:
(1) Buku
ini dicetak di Balai Pustaka.
(2) Cetakan batu
bata itu besar-besar.
(3) Pemerintah
menggiatkan pencetakan lahan baru
bagi petani.
(4) Dokter
banyak mencetak uang.
(5) Ali
mencetak lima gol dalam pertandingan
itu.
Perubahan
Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
Makna
kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan
tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang
sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya ke arah yang baik
disebut amelioratif, sedangkan yang
cenderung ke hal-hal yang tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif.
Kata-kata
yang amelioratif, antara lain kata juara
yang dahulu bermakna “kepala penyabung ayam”, kini maknanya menjadi positif
(menyenangkan), seperti pada juara
renang, juara dunia, dan sebagainya, dan apa makna juara pada juara amatir, dan
samakah juara dengan jago?
Kata-kata
yang peyoratif antara lain gerombolan,
dahulu bermakna “orang yang berkelompok”, dengan munculnya pemberontak di
Indonesia kata gerombolan memiliki
makna negatif, bahkan tidak menyenangkan dan menakutkan. Kata gerombolan
berpadanan dengan “pencuri”. Tanggapan pemakai bahasa berubah dan mengakibatkan
perubahan makna.
Perubahan
Makna Akibat Asosiasi
Asosiasi
adalah hubungan antara makna asli (makna di dalam lingkungan tempat tumbuh
semula kata yang bersangkutan) dengan makna yang baru (makna di dalam
lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa) (Slametmuljana, 1964). Makna baru ini
masih menunjukkan asosiasi dengan makna asli (lama). Perhatikanlah makna amplop ( yang kognitif “pembungkus
surat”) dengan amplop ( yang
konotatif “pembungkus uang, khusus uang
sogok”).
Makna
asosiasi dapat pula dihubungkan dengan tempat atau lokasi. Kata-kata seperti:
Cendana, Monas, Grogol, Cengkareng, Bandung, dan sebagainya menunjukan makna
asosiasi tempat dengan segala peristiwa yang terjadi.
Makna
asosiasi dapat pula dihubungkan dengan warna, misalnya merah putih berasosiasi
dengan Negara Indonesia.
Makna
asosiasi dapat pula dihubungkan dengan tanda (gambar) tertentu. Misalnya di
dalam lalu-lintas kita mengenal rambu-rambu lalu-lintas.
Menurut Prof.Dr.Mansoer Pateda
(2001: 171-183) Semantik Leksikal.
Perubahan
Makna Akibat Perubahan Lingkungan
Lingkungan
masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan pada
lingkungan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna kata yang
digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak. Bagi mereka yang bergerak dalam
bidang persuratkabaran, kata cetak selalu dihubungkan dengan tinta, huruf,
kertas. Tetapi bagi tukang batu bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan
kegiatan membuat batu bata, mencetak batu bata pada cetakannya.
Dalam
BI terdapat leksem rawat yang
menurunkan kata dirawat, merawat,
perawat. Kata-kata ini biasanya dihubungkan dengan usaha untuk menyembuhkan
orang sakit di lingkungan rumah sakit.
Dalam
BI terdapat leksem salin yang yang
menurukan kata disalin, menyalin, salinan. Di lingkungan sekolah
kata menyalin biasanya dihubungkan
dengan menyalin pelajaran.
Kata
langganan di lingkungan
persuratkabaran atau majalah biasanya dihubungkan dengan orang yang membayar
setiap bulan untuk surat kabar atau majalah tertentu, sedangkan di lingkungan
pedangang, kata langgangan
dihubungkan dengan orang yang selalu membeli pada kita atau di took itu.
Kata
operasi bagi lingkungan dokter selalu
dikaitkan dengan usaha menyelamatkan nyawa pasien dengan jalan membedah bagian
tubuh tertentu. Di lingkungan militer, kata operasi dihubungkan dengan usaha
memberantas gangguan keamanan, sehingga muncul kalimat “Operasi melumpuhkan perlawanan GPK (gerakan pengacau keamanan)
berhasil baik.”
Perubahan
Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
Makna
kata kadang-kadang berubah akibat tanggapan pemakaian bahasa. Perubahan makna
ini menjurus kepada hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang tidak
menyebabkan. Makna yang menjurus ke hal-hal yang menyenangkan, disebut makna amelioratif, sedangkan makna yang menjurus
ke hal-hal yang tidak menyenangkan, disebut makna peioratif (Ullmann, 1972:232).
Dalam
BI terdapat kata gerombolan. Kata gerombolan pada waktu dahulu bermakna
orang yang berkelompok, orang yang berkerumum, misalnya berkerumum di dekat
penjual obat. Maknanya bersifat baik, jadi amelioratif.
Perubahan
Makna Akibat Asosiasi
Selametmuljana
(1964:25) mengatakan, “Yang dimaksud dengan asosiasi adalah hubungan antara
makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang
bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di dalam lingkungan tempat
kata itu dipindankan ke dalam pemakaian bahasa. Antara makna lama dan maknanya
yang baru terdapat pertalian erat.” Makna leksikal kata asosiasi, yakni: (i) persatuan antara rekan usaha; persekutuan
dagang; (ii) perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama; (iii) tautan
dalam ingatan pada orang atau barang lain; pembentukan hubungan atau pertalian
antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra (Depdikbud, 1993:61).
Makna
asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa. Tanggal 17 Agustus
adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Makna
asosiasi dapat dihubungkan pula dengan tempat atau lokasi. Kalau ada orang
menyebutkan kata: Senayan, Monas, Banteng, Grogol (semuanya ada di Jakarta),
pasti orang mengetahui tempat-tempat itu.
Selanjutnya
makna asosiasi dapat dihubungkan dengan warna misalnya hijau, kuning, merah,
putih.
Makna
asosiasi dapat pula dihubungkan dengan bunyi. Misalnya kalau kita mendengar
sirine pada mobil ambulans, maka asosiasi kita berhubungan dengan; (i) ada orang kecelakaan yang sedang
dilarikan ke rumah sakit; (ii) ada orang
sakit yang sedang dilarikan ke rumah sakit, atau (iii) ada orang meninggal di rumah dibawa ke rumah duka atau kuburan
dengan menggunakan mobil ambulans.
Makna
asosiasi boleh dihubungkan pula dengan lambang-lambang tertentu. Misalnya kalau
kita mengudara dan di bawah terlihat palang
(+) hijau di atas warna putih,
asosiasi kita ber-hubungan dengan rumah sakit.
Berdasarkan
contoh dan penjelasan tersebut tampak pada kita adanya perubahan makna akibat
asosiasi. Misalnya melihat bendera kuning di atas kapal laut, maknanya bukan
berhubungan dengan bendera atau warna kuning, tetapi maknanya berubah menjadi:
ada orang sakit, orang sakit itu sudah gawat, harap disediakan ambulans dan
dokter.
Daftar
Pustaka
Chaer,Abdul.1989.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta:Rineka
Cipta.
Drs.
Aminuddin,M.Pd.1985.Pengantar Studi
Tentang Makna.Malang:Sinar Baru Bandung.
Prof.
dr.Hj.Djajasudarma T.Fatimah.1993.Semantik
2 Pemajaman Ilmu Makna.Bandung:Refika Aditama.
Prof.
dr.Hj.Djajasudarma T.Fatimah.2009.Semantik
I Makna Leksikal dan Gramatikal.Bandung:Refika Aditama.
Depdiknas.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Chaer,
Abdul.2007.Linguistik Umum.Jakarta:Rineka
Cipta.
Prof.
DR.Verhaar.J.W.M.1977.Pengantar
Linguistik.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.